Wednesday, November 13, 2019

Bukan Curhat

Tadinya pengen banget mengawali tulisan nggak jelas ini pake kata 'terkadang', tapi rasanya terlalu mainstream. Akhirnya diawali dengan kata 'tadinya' yang nyatanya ngga merubah apapun. Sejak kecil isi kepalaku ini selalu ramai dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang memuakkan orang di sekelilingku. Mereka yang sudah jelas merasa muak dengan pertanyaanku yang seolah tiada pernah ada puasnya pastilah ibuku, dan guru-guruku. Kepada teman terkadang (yes akhirnya kepake juga kata terkadang) aku lebih memilih diam, itu aku sampai usia 14tahun.


Yup, memang tergolong introvert. Entah kenapa sejak aku SMK dan ngekost aku menjadi lebih ekstrovert, sok-sokan ingin memajukan kosan dengan membuat mading kosan yang akhirnya diprotes ibu kost karena balatak. hehehe. Yah menyebalkan pasti kalau ada sepuluh saja orang seperti aku yang selalu kritis dan menyusahkan teman-teman dengan berbagai pertanyaan.

Belakangan ini setiap pertanyaan di dalam otakku ini tertolong semenjak aku kenal dengan seseorang, oh bukan sesuatu maksudnya, siapa lagi (oh apa lagi, maksudku) kalau bukan Google. Semenjak google hadir di hidupku mengurangi setidaknya 20% persentase kemenyebalanku ketika penasaran akan suatu hal. Rasanya apa saja ada di google. Namun lain halnya dengan suatu hari.

Suatu hari anggaplah saja hari ini, waktu yang sudah tak pantas lagi untuk merasakan warna-warninya patah hati. Sebenarnya aku bisa terima, apalah lagi yang dipilihnya lebih baik dariku. Dia wanita yang sangat solehah, pintar memasak, sayang anak-anak, pokoknya keibuan deh. Laki-laki mana yang tak terpikat dan ingin segera menghalalkan wanita seperti itu. Kamu akan hidup bahagia, dihormati, disayangi, makannya terurus, didoakan, anak-anaknya akan terdidik, dan masih banyak lagi kelebihannya di banding diriku yang serba terbatas ini. Kamu pantas mendapatkannya, dia pantas mendapatkanmu. 

Kebenaran tentang pengharapan itu jelas sudah. Dia yang lebih berharap pada Allah pasti akan mendapatkan cinta terbaik dibandingkan orang yang masih sedikitnya berharap kepada mahluk. Sadar segalanya pas-pasan, aku tlah biasa menerima kekalahan.  Aku sering kalah dari yang lebih cantik, lebih baik, lebih cerdas, lebih asik. Tapi ketika dia lebih solehah, aku ga bisa bilang apa-apa lagi. Selamat ya, kamu!




Bekasi, 2018

No comments:

Post a Comment

Please keep our comment polite :)

Contributors