Hari ini aku lagi
ngerasa sedikit linglung. Ada beberapa pikiran yang merangsek ke dalam otak, ke
dalam hati, dan ke dalam perut. Loh ko ke dalam perut sih? Iya, jadi kalau lagi
banyak pikiran aku suka kembung. Tetiba teringat kelakuanku beberapa tahun
silam saat merasa linglung, saat menghadapi rasa sedih ataupun sakit yang ngga
berdarah. Sedikit bocoran, kalau dulu aku sangat bodoh memposisikan keberadaan
diri di dunia yang sekecil daun bayam ini. Dulu aku pernah melakukan hal bodoh
di mana saat merasa sedih dan sakit aku terkungkung oleh perasaan sedih dan
sakit yang itu-itu aja. Masih labil, belum dewasa, bisa jadi. Tapi aku juga
nggak yakin kalo beberapa tahun kemudian setelah hal bodoh yang aku lakukan aku
udah sempurna dewasa.
Jadi kejadiannya itu sekitar 6 tahunan
yang lalu. Saat aku merasa sangat patah hati sepatah-patahnya dan merasa
dikhianati sekhianat-khianatnya. Terkadang orang dalam posisi seperti itu
sangat drama. Aku merasa dunia berjalan lambat, slow motion, lagu-lagu serba
mellow, dan aku adalah korban dari semua kejahatan tokoh-tokoh antagonis
lainnya. Aku jalan kaki pukul 19.00 malam Waktu Indonesia Bekasi, dari kosan
menuju pasar malam gor Bekasi. Tapi aku ngga niat beli apa-apa dan ngga liat
apa-apa. Kala itu aku melihat diriku sebagai seorang yang kehilangan arah yang
separuh jiwanya koma.
Hiyy serem gak
tuh.
Lalu tanpa
dikendalikan siapa-siapa aku naik angkot menuju stasiun Bekasi, kemudian
nyambung elep biru menuju Cikarang yang entah pada saat itu aku mau ke mana aku
juga bingung. Di elep, berderai air mata aku duduk deket kaca. Menatap jalanan yang seakan nertawain aku padahal
mereka diem aja, lalu nyolok kuping pake headset, ter-playlah lagu Utopia yang recycle
Lentera Cinta. Kalian tau gak? Aku nangis ga peduli dunia sekitar, berderai,
sesenggukan, seolah-olah aku mahluk paling menyedihkan di dunia ini, gak punya
apa-apa, gak punya siapa-siapa, terkalahkan oleh keadaan, pecundang banget dah
pokoknya. Boro-boro kepikiran beberapa tahun ke depan bakal hidup kayak apa,
buat napas aja tersengal-sengal dicekal rasa sakit hati.
“Kemanaa..
kuharus melangkah, jejakmu samar-samar kuikutii..” pas liriknya maen di situ, seperti guyuran air hujan di
bulan desember, mukaku basah oleh semua air mata. Udah kayak di
sinetron-sinetron dah, lebayatun. Mungkin orang-orang berpikir ni anak kenapaa
coba, ga jelas banget, untung gak dikira gila. Wkwkkw
Sebenernya kita
gak bisa ngejudge rasa sakit seseorang itu lebay sih, dengan alasan apapun,
dengan kadar berapapun. Yang salah bukan keadaan, ataupun mereka-mereka yang
aku pikir telah menyakitiku, menghianati sekaligus, tapi jiwaku aja yang saat
itu lemah kali.
Lalu aku
memutuskan turun di Tamchela yang alias sesebutanku untuk Tambun, jalan ke
kontrakan sahabatku yang lain, kugedor-gedor pintunya tanpa memanggil namanya.
Lalu dia membuka pintu melihatku sepayah itu aku langsung disuruh masuk dan
dipeluk. Ya memang, kita selalu butuh sahabat pada akhirnya meskipun beberapa
orang lupa sama sahabatnya ketika lagi senang-senang punya pacar baru, lalu
mengabaikan sahabat yang sedari dulu menemani. Semua kisah cinta itu ga selalu
indah gaess.. tapi pada akhirnya kita harus sadar bahwa kita diciptakan oleh
Tuhan untuk hidup bukan tujuannya untuk meratapi perasaan cinta yang dihianati
dua orang terkasih sekaligus, kekasih dan sahabat.
Satu tips lagi
sih, ketika galau mendingan hindari lagu galau, jadinya makin kebawa-bawa deh
nantinya.
Sekarang, aku
sih udah ga selebay dulu masalah perasaan, tapi justru karena terlalu
berhati-hati malah aku juga jadi sulit memulai kembali. Ah, sudahlah nanti aku
coba cari obat.
Cikarang, 13
November 2019
No comments:
Post a Comment
Please keep our comment polite :)