Tuesday, November 22, 2011

Aku ingin..

Hai rumahku.. ketemu lagi ya, maaf kemarin ga masuk ke sini karena gak bawa kunci pintu, hehehe

Kadang aku suka aneh, atau lebih tepatnya manusialah yang suka aneh. (hihi, ngeles) 


Yang aku rasakan sekarang adalah hidupku datar. Dataaaar banget. Ngga naik ngga turun, tetapseperti ini tanpa ada perubahan. Tanpa sensasi, tanpa ledakan-ledakan seru. Mungkin kalau diibaratkan sebuah benda hidup yang aneh, aku ini seperti tanpa ekspresi. datar. Melongo, terlihat tolol dan bodoh tanpa ada perubahan macam-macam.


Aku merindukan kehidupan yang penuh ledakan-ledakan setiap harinya yang membangun kepribadianku menjadi kepribadian yang kuat dan semangat. Aku merindukan keadaan di mana aku sangat-sangat merasa ada di rantau, jauh di rumah dan sangat rindu kampung halaman. Entah kenapa dan bagaimana caranya. Yang jelas aku merasa tidak di rantau, dan lingkungan memanjakanku seperti di kampung sendiri (hanya saja jauh dari keluarga memang). 
Orang-orang yang kelewat ramah di sekelilingku bukannya aku tak syukuri, aku sangat-sangat mensyukurinya. Tapi aku merasa ketinggalan dengan teman-teman yang berada di rantau yang sesungguhnya. Hidupnya keras dan penuh perjuangan. Sehingga prinsipnya adalah "apa yang kita dapat adalah selalu sama dengan apa yang kita keluarkan". 


Dari segi materi aku juga datar. Kadang jika labilku kambuh seringkali aku mengutuk diri, kenapa aku tidak berkembang agar sedikit punya peran dalam keluarga. Tapi pikiran jauhku kembali menggedor kepalaku dan menyadarkan untuk menerima kenyataan bahwa di dunia nyata aku begini adanya. Kadang aku merasa payah, tidak memiliki nilai lebih, dan tidak-sedikit-punya-keberanian untuk melakukan gebrakan pada hidupku sendiri. 


Sungguh, hidup secara damai-damai dan datar-datar saja ternyata tak enak juga. Rasanya menjadi manusia payah yang tak bisa berbuat apa-apa. Rasanya tidak berkembang (bantet,red) seperti kerupuk yang digoreng kurang minyak. Rasanya mendengar kisah-kisah penuh perjuangan dari teman-teman adalah pedih, seakan-akan hanya aku sendiri yang terkurung dalam ruang hampa udara. Pengap, sunyi, tumpul, bisu, menyedihkan.
Rasanya aku terlalu lama bersembunyi. Menjauh dari kabar angin yang bersiar penuh tatapan tuntutan untuk aku jauh melangkah. Sementara aku hanya berdiri diam, mematung, bergeming tanpa ada gerakan sedikitpun. Membisu pada dunia. 


Jiwaku yang merindukan sebuah hidup penuh perjuangan, seperti seekor burung yang hanya diam dalam sangkar, menjalani rutinitas tanpa ada perbedaan setiap harinya. Datang, duduk, pulang, tidur, dan besok datang, duduk, pulang tidur. Dengan lingkungan yang begitu ramah, keadaan ekonomi pas-pasan, hanya itu yang bisa aku lakukan. Ironis..


Sekalinya ingin melakukan hal yang berbeda, maka aku harus menahan gigit jari kesakitan untuk hal lain yang tak terjangkau. Motto perjalanan hidupku dalam segi ekonomi bukan seperti temanku "Apa yang kita dapat sesungguhnya sama dengan apa yang kita keluarkan", tapi kisah perjalanan "hidup datar"ku menceritakan bahwa "jika ingin sesuatu, maka harus ada sesuatu yang lain yang dikorbankan", tak pernah ada kelebihan.


Hidup yang Statis, aku bosan. Aku ingin bergerak, terbang bebas seperti burung di hutan. Bukan burung dalam sangkar. Lalu aku nikmati dan petik pahit manis dunia, menemukan apa yang aku cari. Dengan semangat perjuangan aku mencari rizki yang bisa membuatku melakukan hal lebih banyak untuk hidupku dan hidup orang lain. Kembali pulang ke sarang, menceritakan kepada Ibu apa yang selama ini aku temui, tenang di pelukannya, mengumpulkan kembali semangat untuk Terbang lebih tinggi dari sebelumnya. 

Seperti halnya lagu yang selalu kunyanyikan semasa kecil,
Aku ingin memetik bintang.


"Bintang kecil di langit yang tinggi
 Amat banyak menghias angkasa
 Aku ingin terbang dan menari
 Jauh tinggi ke tempat kau berada"

Aku ingin Dinamis.

No comments:

Post a Comment

Please keep our comment polite :)

Contributors