Tuesday, March 27, 2018

Wisata Kota Tua "Kotu" Jakarta


Wisata Kota Tua “Kotu” Jakarta

Belum ke Jakarta rasanya kalau belum pernah menginjakkan kaki di Kota Tua. Salah satu icon kota Jakarta ini pada masa pemerintahan dulunya merupakan pusat pemukiman penting, pusat kota dan pusat perdagangan sejak abad ke-16. Sekarang Kota Tua ramai menjadi tempat wisata di mana orang-orang bersepeda, wisata sejarah, atau sekedar makan kerak telor dan minum es selendang mayang.




Aku mengunjungi Kota Tua untuk belajar travel writing bersama komunitas Forum Lingkar Pena Bekasi. Ini adalah kali ketiga aku ke sana. Untuk bisa sampai ke lokasi bisa menggunakan KRL jurusan stasiun kota (dulunya stasiun Beos) atau menggunakan bus Trans Jakarta berhenti si halte stasiun kota. Kami ke sana memasuki museum seni htmnya Rp5000 untuk orang dewasa. Di dalamnya kita bisa melihat lukisan-lukisan batik Indonesia dan pahatan-pahatan patung. Sejujurnya aku tidak terlalu berjiwa seni apalagi urusan pahatan atau lukis, tetapi di lukisan itu kita bisa melihat betapa originalnya sebuah karya dan ternyata susah sekali mengerti alur polanya.





Selesai berkeliling dari museum seni kami melanjutkan berputar-putar di lapangan di mana orang-orang masih asyik bersepeda. Kemudian kami memutuskan untuk mengunjungi salah satu museum yang terbesar di kawasan Kota Tua yaitu museum Fatahillah. Museum ini dulunya adalah balai kota Jakarta. Museum yang satu ini lumayan sejuk karena di dalamnya terdapat AC. Di dalamnya dipamerkan patung-patung wanita dengan tema mode wanita muslim di Eropa.
Berjalan lebih jauh lagi kita akan dihadapkan pada miniatur-miniatur kaca yang didalamnya digambarkan lokasi pusat perdagangan Batavia, miniatur kapal Belanda, serta deskripsi-deskripsi lain yang menjelaskan peradaban di era abad ke-16. Tapi ada satu yang menarik perhatian kami di bawah tanah terdapat beberapa bilik penjara. Karena penasaran maka kamipun mengunjungi penjara bawah tanah tersebut. Konon, penjara tersebut diperuntukkan bagi kaum pribumi yang melawan. Namun jika hendak kesana harus bersabar karena udaranya yang agak tidak enak menusuk hidung. Ukuran penjaranyapun sangat mungil berbentuk elips. Di dalamnya terdapat bola-bola dari batu yang dulunya katanya digunakan untuk mengikat kaki tahanan agar tidak kabur.
Penjara bawah tanah
Sejenak aku berpikir dulu untuk dapat hidup bebas dan merdeka di tanah kelahiran sendiri begitu beratnya. Pasti mental, jiwa, dan raga harus sangat kuat hidup di zaman itu. Namun menyesali juga mengapa di era kemerdekaan ini sebagai anak muda kita belum bisa memberikan kontribusi apa-apa kepada Indonesia. Kebanyakan mayoritas kita hanya sibuk dengan hal-hal yang tidak berfaedah dan meributkan hal-hal kecil sehingga memancing menjadi permusuhan yang besar. Padahal orang dulu itu susah payah menghimpun persatuan dan kesatuan warga negara untuk bisa hidup layak dan merdeka di tanah air Indonesia tercinta ini.
Jika ingin berjalan lebih jauh lagi sebaiknya menyewa sepeda ontel kurang lebih berkisar Rp30.000 untuk berdua. Kita bisa berkeliling ke toko merah, pelabuhan sunda kelapa, museum bahari, dan masih banyak lagi. Travelling jauh itu perlu untuk penyegaran pikiran, tetapi travelling sejarah juga penting untuk bisa mengetahui apa yang terjadi di masa lalu dan merasakan perjuangan orang-orang dahulu untuk memerdekakan tempat yang kita tinggali saat ini. 

No comments:

Post a Comment

Please keep our comment polite :)

Contributors